Suaratebo.net – Universitas Oxford Inggris merupakan penulis National
Geographic menyebutkan bahwa ledakan Gunung Krakatau tepatnya pada tanggal 27
Agustus 1883 pukul 10.25 adalah ledakan yang terbesar dan suara yang terkeras,
akibat vulkaninya meluluhlantakkan populasi manusia yang sangat besar, inilah
yang ditulis oleh Simon Winchester yang merupakan ahli geologi lulusan
Universitas Oxford Inggris tersebut.
Letusan
gunung Krakatau tercatat dalam Guinness Book of Records yang merupakan ledakan
yang paling hebat yang tercatat dalam sejarah, suara letusan gunung Krakatau terengar
sampai Australia, Alice Springs serta pulau Rodrigues 4.653 kilometer bahkan
kedahsyatan ledakan gunung Krakatau tersebut 30 ribu kali lebih kuat dari daya
ledak bom atom Nagasaki.
Efek dari
ledakan tersebut menyebabkan bencana besar Tsunami (Gelombang Tinggi) setinggi
40 meter, hingga menyapu rata daratan, menghancurkan desa – desa, letusan
tersebut juga mengakibatkan lonsor bawah laut, hingga menambah kuatnya tekanan
dan hantaman Tsunami ke kawasan Merak, Cilegon, Cilamaya, Banten dan daerah
lainnya hingga tercatat sebanyak 295 daerah hingga merenggut nyawa sebanyak 36.417
rambatan tsunami ini juga dirasakan di pantai hawai dan lainnya.
Akibat
dari letusan gunung Krakatau pada tahun 1883 tersebut mengakibatkan perubahan
iklim dunia, dala beberapa hari semburan abu vulkanik menutupi sinar matahari
hingga langit terlihat sedikit gelap dan redup, muntahan material gunung
tersebut tidak hanya di rasakan masyarakat Indonesia, namun ada beberapa Negara
lain, seperti Australia, Sri Lanka, India dan lainya, selain itu dampak dari
letusan gunung tersebut menyebabkan perubahan iklim cuaca yang tidak beraturan
hingga tahun 1888.
Kini
anak gunung Krakatau yang juga disebut gunung berapi, kembali muncul dan mulai
menampakkan kekuatannya kepada dunia, tragedi yang sangat mengerikan di bumi Indonesia
mulai dari beberapa kejadian bencana alam yakni :
1.
Gempa yang berkekuatan 6.1 Skala Richter terjadi di Kabupaten
Lebak Banten pada Selasa, 23 Januari 2018
2.
Longsor yang terjadi di Brebes yang pada, Kamis 22 Februari 2018
sekitar pukul 14.30 WIB.
3.
Meletusnya gunung Sinabung Jumat 6 April 2018, hingga menyemburkan
awan panas hingga ketingian 3.500 meter.
4. Gempa di
Lombok berkekuatan 7.0 SR mengguncang wilayah Lombok, Nusa Tenggara Barat
(NTB), pada Minggu 5 Agustus 2018 yang terjadi terjadi sekitar pukul
18:46:35 WIB.
5.
Gempa bumi dan tsunami terjadi di Kota Palu dan Kabupaten
Donggala, Sulawesi Tengah, Jumat 28 September
2018, Gempa pertama kali mengguncang Donggala pukul 14.00 WIB Gempa tersebut
berkekuatan 6 SR dengan kedalaman 10 km dari permukan laut.
6. Bencana
longsor terjadi di beberapa daerah yakni di Kabupaten Mandailing Natal, Kota
Sibolga, Kabupaten Tanah Datar dan Kabupaten Pasaman Barat, Provinsi Sumatera
Utara yakni Kecamatan Natal, Lingga Bayu, Muara Batang Gadis, Naga Juang,
Panyambungan Utara, Bukit Malintang, Ulu Pungkut, Kota Nopan dan Batang Natal
pada Jumat 12 Oktober 2018.
7.
Bencana di kawasan Banten dan Lampung pada 23 Desember 2018.
Dari ketujuh
bencana alam yang terjadi di tahun 2018 ini, yang terakhir adalah bencana
banten dan lampung, apa sebenarnya penyebab terjadinya tsunami tersebut.
Badan
Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika menjelaskan melalui siaran persnya, disinyalir
ada 3 sebagai penyebab Tsunami di Pantai Barat Banten, yaitu 1. Gelombang tinggi
karena cuaca, 2. Erupsi Gunun akan Krakatau, 3. Tsunami Banten dan Lampung.
Didalam
siaran Pers, BMKG telah mendeteksi dan juga memberikan peringatan dini tentang
gelombang tinggi mulai dari tanggal 22-25 Desember pukul 07.00 WIB di wilayah
perairan Selat Sunda, hingga dapat diprekirakan bawha penyeba terjadinya
bencana tsunami di banten dan lampung disebabkan oleh aktivitas Gunung Anak
Krakatau, akibat dari tsunami tersebut juga merenggut puluhan nyawa.
Tidak ada
yang mampu mendeteksi kapan akan terjadinya bencana, dan dimana akan terjadi, tidak
ada salanya kita mengantisipasinya, apalagi saat ini di musim hujan, lebih baik
lebih berhati – hati lagi, jauhi tempat – tempat yang rawan akan bencana alam. (Red)